Marak Perundungan di Sekolah, Komisi X Minta Pemerintah Perbanyak Kegiatan Bagi Pelajar

25-09-2024 / KOMISI X
Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf . Foto : Dok/Andri

PARLEMENTARIA, Jakarta - Dugaan perundungan di SMA Binus Simprug seolah menambah panjang kasus perundungan yang terjadi pada remaja dan pelajar. Menyoroti hal tersebut, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf mengaitkannya dengan pendidikan karakter bagi siswa.

 

"Ya pendidikan karakter ini dilakukan secara kolaborasi antara orang tua, guru dan pihak sekolah,” ujar Dede dalam keterangan tertulis yang diterima Parlementaria, di Jakarta, Selasa (24/9/2024).

 

Komisi X mendorong Pemerintah memperbanyak program atau event bagi anak remaja. Dede menilai kegiatan seperti ekstrakurikuler dapat ikut membentuk karakter siswa. Selain itu, ia juga mengusulkan agar kegiatan murid di luar ruangan diperbanyak sehingga fungsi motorik atau energi anak lebih maksimal dicurahkan untuk hal positif.

 

“Pihak sekolah bisa menghidupkan kembali ekskul seperti Pramuka, tapi Pramuka harus ada kegiatan di luar ruangannya bukan hanya soal baju, intinya dimaksimalkan aktivitas luar ruangan agar dapat membentuk pendidikan karakter yang baik," imbuhnya.

 

Politisi Fraksi Partai Demokrat ini juga menilai Pemerintah dapat memaksimalkan program untuk anak sekolah di luar pembelajaran reguler siswa, terutama bagi siswa usia remaja. Menurutnya, selain agar siswa bisa menyalurkan energi untuk hal positif, hal tersebut juga dapat memaksimalkan peran generasi muda. 

 

"Negara terus konsen bahwa anak membutuhkan pelampiasan energi besar mereka melalui aktivitas positif di luar ruangan, ketika tidak ada aktivitas mereka larinya nongkrong dan menimbulkan tindakan bullying," sebut legislator Dapil Jawa Barat II itu.

 

Dede mengingatkan bahwa ada banyak anggaran pendidikan yang tersebar di berbagai kementerian, khususnya dalam hal pembinaan bagi generasi muda. Tak hanya di Kemendikbud, anggaran tersebut juga ada di Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen-PPA), serta Kementerian Agama.

 

“Yang saya lihat, akhirnya anggaran-anggaran apapun yang dimiliki semua kementerian sifatnya hanya membuat festival-festival internal ataupun sekadar glorifikasi dari kementerian itu sendiri. Padahal yang kita butuh itu adalah spending budget itu untuk masyarakat,” terang Dede.

 

Pimpinan Komisi di DPR yang membidangi urusan pendidikan dan kepemudaan itu menilai aktivitas atau event kepemudaan untuk siswa diperlukan. Menurut Dede, saat ini aktivitas bagi generasi muda seperti turnamen antar-sekolah jarang sekali ada.

 

"Aktivitas seperti turnamen antarsekolah dulu kan sering ya. Kompetisi itu kan tidak harus melulu untuk atlet berprestasi, bisa dilakukan antarsekolah. Kita bisa manfaatkan anggaran yang dimiliki kementerian, jadi jangan hanya sekadar membuat festival internal, " ungkapnya.

 

“Aktivitas seperti turnamen antarsekolah dulu kan sering ya. Kompetisi itu kan tidak harus melulu untuk atlet berprestasi, bisa dilakukan antarsekolah”

 

Menurut Dede, fokus pada pembinaan anak sekolah di luar kelas harus semakin diperbanyak. Harapannya anak dapat menyalurkan energi dan waktu bebas mereka ke hal positif, bahkan juga bisa mengembangkan bakat dan prestasi.

 

“Nah kalau kita mau fokus kepada pembinaan maka aktivitas pemuda ini harus makin banyak aktivitas pada hal positif kayak pertandingan olahraga, kompetisi skill, dan pentas seni (pensi) seperti dulu. Jadinya mereka main di lapangan, studio musik penuh. Dan anak akan fokus pada pencarian jati dirinya kepada aktivitas positif. Sekarang kan jarang, akhirnya larinya kepada online,” sambungnya.

 

Lebih lanjut, Dede juga mendorong agar Pemerintah memprioritaskan penyediaan open public space bagi anak sekolah dari berbagai tingkatan. Hal itu penting mengingat masyarakat kini kesulitan mendapatkan fasilitas ruang terbuka untuk beraktivitas, di mana open public space bisa sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang anak-anak.

 

“Sekarang kan kadang taman dijadikan mal dan perumahan, jadi tidak ada public space orang bisa berkumpul bercengkrama. Ini harusnya makin diperbanyak,” pungkas Dede. (uc/rdn)

BERITA TERKAIT
Hetifah Apresiasi Berbagai Program Terobosan di 100 Hari Kinerja Menteri Abdul Mu’ti
24-01-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jakarta - Dalam Rapat Kerja bersama Komisi X DPR RI, Mendikdasmen Abdul Mu’ti memaparkan berbagai capaian dan terobosan kebijakan...
Hetifah Apresiasi Superaplikasi Rumah Pendidikan: Langkah Nyata Kebijakan Berbasis Data
24-01-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jakarta - Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian mengapresiasi Peluncuran Cetak Biru Transformasi Digital Rumah Pendidikan di Kompleks...
Legislator Pahami Kegelisahan KONI Terhadap Permenpora 14/2024
24-01-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jakarta – Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat Marciano Norman menyampaikan kegelisahan masyarakat olahraga prestasi Indonesia terkait...
Lalu Hadrian Irfani: Masalah Internal Kemdikti-Saintek Harus Diselesaikan Secara Transparan
23-01-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi X DPR RI Lalu Hadrian Irfani menyoroti polemik Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi...